Saya masih kelas 5 SD, suatu siang di tahun 1998, teman saya yang bernama Calvin Abbas menelfon ke telepon rumah saya dan memberitahukan kepada saya bahwa dia baru saja dikeroyok oleh dua orang yang umurnya sebaya dan Calvin sempat menangis. Mendengar berita tersebut, saya segera bergegas ke TKP(Tempat Kejadian Perkara). Saya menggunakan ojek speda dari Pluit ke Apartemen Metro Sunter. Dengan ongkos 8000 rupiah saya sampai disana. Sekitar pukul 3 sore saya tiba di apartemen Calvin, ia menceritakan kronologis yang menimpa dirinya. Ceritanya ada anak yang bernama Anom dan Rudi yang dangan membabi buta memukuli Calvin tanpa sampat meberikan perlawanan. Calvin pun sempat menangis kesakitan, dan mengajak saya untuk membantu dia memberi pembalasan kepada dua orang tersebut.
Mendengar hal itu saya langsung setuju, dan dalam hati pun panas mendengar teman saya di pukuli, selain itu saya juga hobi berkelahi. Kita sepakat untuk mencari orang tersebut sore ini.
Untuk persiapan berkelahi nanti sore saya melakukan push-up dan sit-up, selain itu saya membeli energy drink 'lipovitan' di mini market apartemen.
Rencananya saya sendiri akan melawan mereka berdua Rudi dan Anom.
Ketika sore menjelang terlihat anak-anak sedang bermain bola di lapangan seberang apartemen Metro Sunter, dan di situlah kita akan menemukan Rudi dan Anom ujar Calvin. Dari apa yang saya lihat, disana ada puluhan anak yang sedang bermain bola. Umur mereka beragam, dan yang paling kecil dari mereka adalah seumuran dengan Calvin.
Bukan ide bagus untuk menantang berkelahi dua orang dari dua kesebelasan sepak bola di lapangan tempat mereka bermain. Lalu saya menunggu di pinggir lapangan ketika Calvin memanggil menghampiri orang yang bersangkutan untuk berkelahi melawan saya. Calvin tampak santai dan terlihat tertawa-tawa, dan saya masih tidak tau antara santapan rohani atau maut yang akan saya hadapi.
Ketika Calvin selesai berbincang-bincang, nampak seluruh mata yang ada di lapangan itu menoleh ke arah saya dengan tatapan sinis. Lalu tidak lama kemudian mereka semua mengerubungi saya dengan membentuk lingkaran, seperti ingin menjatuhkan mental.
Menanggapi hal tersebut saya bersikap santai, karena tujuan saya adalah melawan Rudi dan Anom. bukan mereka semua. Anom dikenal dikalangan teman-temannya sebagai yang paling kecil dibandingkan yang lain, tetapi dia punya kelebihan yaitu sabuk coklat pada ilmu bela diri Taekwondo. Pada saat itu saya juga mengikuti bimbingan Taekwondo, tetapi saya masih sabuk kuning. Mengetahui Anom bukan anak biasa, teman-temannya dengan percaya diri menerjunkan Anom saja untuk melawan saya. Salah satu dari mereka ada yang berkata "lo mau babak-belur, lo mau pingsan.. jangan lapor orang tua!" seakan yakin saya yang akan kalah.
Ketika langit menjadi gelap mereka membentuk lingkaran besar bagai ring pertandingan taekwondo, kami pun sebelum berkelahi diwajibkan untk melepas alas kaki dan baju.
detik-detik pertarungan di mulai langit sudah gelap total.
Ketika diberi aba-aba mulai, kami berhadap-hadapan, dan Anom mengacungkan jempol keatas tepat di depan muka saya lalu mengubahnya menjadi jempol ke bawah (tanda hinaan), dan merubah simbol tersebut menjadi bogem mentah tepat di kening saya. Lepas itu dia menghilang bagaikan ninja.
Saya mencoba mencarinya dengan menoleh ke arah kiri maupun kanan, namun tidak tampak. Tiba-tiba dari arah belakang ada sebuah tendangan yang dilakukan seiring lompatan, dalam taekwondo teknik tersebut disebut
side kick. Tendangan tersebut tepat mengenai punggung saya, akan tetapi saya tidak tersungkur seperti yang dia harapkan, karena saya sudah siap dengan
kuda-kuda. Melihat
kuda-kuda saya, pihak musuh tidak lagi meremehkan saya, dan mulai menjaga jarak.
Setelah 1 jam pertarungan Anom selalu sukses menghindari pukulan maupun tendangan yang saya lontarkan, dia menghindar dengan sangat lincah, walaupun saya sudah bergerak dengan kecepatan penuh. Menyadari hal itu saya merubah strategi saya, saya tidak berniat mengenai dia, melainkan menurunkan moral dia, dengan cara mengeluarkan jurus-jurus sakti sepeti di atraksi kung-fu atau jurus yang sering kita lihat di film silat. Salah satunya adalah tendangan putar tanpa henti mengejar lawan, gaya baling-baling yaitu: melompat lalu berputar 360 derajat dengan badan horizontal sejajar dengan kaki yang dilakukan berulang-ulang, dan bahkan kapoera. Cara itu berhasil menurunkan moral, bukan hanya Anom melainkan teman-temannya juga.
Setelah setengah jam berlalu dengan cara tersebut saya sadar, bahwa secara skor saya masih kalah, karena gerakan Anom sangat cepat bagaikan melawan kera sakti. Lalu cara terakhir yang saya gunakan adalah.. Saya tidak lagi mengincar titik fatal, melainkan saya akan menendang sekeras-kerasnya apa pun yang menempel di badan dia, Karena Anom selalu menjaga jarak dengan baik, sehingga tidak memungkinkan untuk tangan saya menjangkau dia dengan pukulan, melainkan kaki dengan tendangan.
Dengan cara tersebut setelah 30 menit kemudian saya berhasil mengenai tangan dia yang mencoba menangkis tendangan saya. Seketika dia menghilang kembali. Saya menoleh ke segala arah, tetapi tidak menemukannya. Tiba-tiba temannya menghampiri saya dan berkata "si Anom tangannya patah, gimana masih mau lanjut lagi sama gw? atau damai?". mengingat saya sudah bertarung selama 2 jam dan juga yang menantang saya berbadan besar dan umurnya jauh di atas saya, maka saya berkata. "yaudah saya say sorry, damai aja deh" lalu kita semua bersalaman. Dan lepas itu kita membakar singkong bersama hasil curian dari kebun sebelah lapangan bola, dan bertingkah seperti sebelumnya tidak ada apa-apa. Entah mengapa kami menjadi cepat akrab, dan mereka menaruh respect kepada saya.
Ketika kembali ke apartmen Calvin badan saya baru mulai terasa pegal-pegal dan sakit. Saya merasa puas sekali karena saya mendapatkan santapan rohani. Setelah apa yang saya lewati itu, tidak mencegah niat saya untuk berbuat kenakalan lainnya atas ajakan lainya yaitu "
prank call"atau mengerjai orang lewat telpon, dari nomor yang diketik secara acak. Calvin mulai beraksi "Halo selamat malam! ini dengan redaksi Rinso, Ini dengan ibu siapa dimana? saat ini ibu sedang tersambung dengan kuis Rinso, pertanyaanya mudah bu.., coba sebutin warna dasar dari rinso..." ibu tersebut dengan ragu-ragu menjawab hijau. Calvin dengan nada senang membalas "Benaarrr!, selamat ibu mendapatkan satu unit motor." ibu itu teriak kegirangan lalu kami menutup telpon.
Kami secara bergiliran melakukan 'Prank call" kini giliran saya yang menelpon. Ketika telpon di angkat, saya yakin yang menjawab adalah seorang pembantu rumah tangga, maka dengan spontan saya menyuruh.. "bak, panggilin mama dong! penting." lalu pembantu tersebut merespon "iya den, tunggu sebentar." ketika pembantu itu memanggil, saya menutup telpon.
Calvin pun ingin meniru cara yang sama dengan saya, dan kebetulan yang mengangkat telpon juga pembatu rumah tangga. Calvin: "ba.. panggilin mami dong cepet! penting." lalu embak tersebut merespon.. "orang anaknya masih bayi koq.." lalu Calvin geram dan akhirnya menutup telpon.
Setelah bosan melakukan prank call, kami berencana untuk membakar telpon darurat yang terletak di masing-masing lantai apartemen Metro Sunter. Kami turun menggunakan tangga darurat menuju 2 lantai kebawah. Dan mulai membakar telpon darurat itu dengan korek api gas hingga kabel telponnya meleleh dan terbakar dengan sendirinya. karena dihadapan telpon darurat tersebut ada jendela, maka satpam yang sedang patroli melihat adanya api dan mulai berlari ke arah kami, dan kamipun berlari berpisah mengindari kejaran satpam. Saya berlari ke lantai dasar. Lalu sampainya saya di dasar saya seakan santai ketika melewati satpam di bawah, lalu satpam mengintrogasi saya. "kamu yang barusan bakar telpon darurat terus lari dari atas yah?" lalu saya menjawab.."engga koq pak orang saya barusan jajan di mini market." lalu satpam tersebut percaya dan melepaskan saya. ketika menaiki lift untuk kembali ke unit apartmen Calvin tiba-tiba di lantai 3 lift berhenti dan ketika pintu lift terbuka, dengan nafas yang terbata-bata Calvin masuk ke lift saya dan bertanya "kabur kemana tadi?" isman:"oh gw di bawah di introgasi satpam, untung ga ketauan.." Calvin: "lo enak.. kalo gw di kejar-kejar satpam, untung ga ketangkep."
Selepas itu kita mengakhiri hari dengan tidur, dan saya bermalam di apartmen Calvin. Sebelum tidur kami merencanakan perbuatan-perbuatan lainnya yang akan kami lakukan besok.